(Jangan dicari judul ini ada di mana dalam serita di bawah ini..ini adalah kesimpulan saya setelah selesai cerita..kira-kira judul yang cocok ini deh...!!!)
Tadi siang aku menerima buku katalog CM, buku ini berisi daftar nama dan alamat para anggota CM di seluruh dunia. Aku cari-cari nama saya, saya menemukan nama saya sudah tercatat secara resmi menjadi anggota Provinsi China. Di situ saya dicatat sebagai minister (pelayan/berkarya) artinya saya sudah dihitung berkarya, padahal di sini saya masih belajar mandarin, bisa berbuat apa-apa. Oh..bisa..saya sudah bisa misa dalam bahasa mandarin, misa harian tanpa kotbah. Baru tiga bulan di sini, lumayan sudah bisa misa sendiri. Walau tidak pakai kotbah, enggak apa-apa. Doa dibaca bersama dan bacaan Injil juga dibaca bersama. Soalnya saya juga belum lancar baca mandarin. Tapi sudah enggak grogi lagi misa sendiri. Tiap hari ketemu orang dengan bahasa mandarin, lumayan bisa praktek omong.
Masih sekitar buku katalok tersebut. Saya lihat sekarang ini anggota CM di seluruh dunia ada 3.978 dengan jumlah imam sebanyak 3.078. kalau saya amati jumlah imam bertambah 39 orang namun jumlah keseluruhan menurun dari tahun 2005 yang berjumlah 4.034 dengan jumlah imam sebanyak 3.047. dari jumlah ini nampak bahwa yang menurun adalah jumlah diakon. Pada tahun 2005 ada 93 diakon sedangkan tahun ini ada 53. juga jumlah frater yang kuliah filsafat-Teologi dari 639 orang menjadi 574. data ini dapat dilihat bahwa jumlah imam CM di beberapa tahun mendatang akan menurun.
Sekarang ini CM melayani di lebih dari 80 negara di lima benua. Kalau mau lihat keterangan selanjutnya bisa di klik di http://www.cmglobal.org/province.html . Di sini ada keterangan mengenai CM di seluruh dunia. Sedangkan di provinsi Cina ini ada 35 anggota. Yah..jumlah yang enggak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Tapi kalau saya lihat anggotanya sudah banyak yang sudah “kelewat umur” alias sudah tua. Dan yang masuk di sini sangat sedikit. Kalau banyak saya enggak datang ke sini. Saya masih bertanya-tanya mengapa orang sini tidak tertarik untuk menjadi imam. Saya juga berharap tahun mengapa hal ini sampai terjadi. Ini sesuati yang serius. Lambat namun pasti kalau tidak ditangani dengan serius akan habis dan apa yang akan terjadi nanti akan lebih buruk. Perlu tenaga-tenaga muda yang potensial untuk berkarya...memang bagi orang asih di sini enggak bisa berbuat banyak pada awal..karena terbentur masalah bahasa. Tantangan yang pertama yang harus dihadapi adalah bahasa mandarin yang susahnya minta ampun deh..ketika aku mulai belajar...wah..ini bahasa apa ini..sungguh berbeda dengan bahasa-bahasa lain...sangat berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Spanyol atau bahasa Indonesia.
Kadang-kadang saya juga berpikir tantangan dari segi medan enggak berat tapi bahasa dan arus materialisme yang ada di sini ini yang begitu terasa. Apakah iman masih laku dijual pada orang-orang taiwan sekarang ini. Kalau budaya materialisme ini begitu mencuat dan menjadi obsesi kebanyakan orang.....Aku jawab masih...bisa dijual dan akan laku..hanya soalnya cara menjualnya ini ketinggalan jaman dan tidak menarik lagi..orang seperti sekarang ini justru sangat membutuhkah sisi lain dari hidupnya yang tidak bisa dibeli dengan uang, yaitu makna hidup. Hidup manusia tidak bisa disempitkan pada mencari sukses dan mencari uang. Ukuran seseorang itu bukan dari kesuksesan dan seberapa kekayaan yang dimilikinya..!!!
Kalau aku lihat di paroki ini masih banyak orang yang aktif di gereja terutama orang muda tadi ada latihan koor yang datang juga orang-orang muda, dengan lagu-lagu yang meriah dan disenangi olehorang muda. Pada hari jumat yang lalu juga ada doa Taize yang juga sebagian besar yang datang adalah orang muda. Mereka rindu suatu suasana doa yang baru dan yang segar...Okelah..kalau mereka menyukai ini. Dan aku melihat doa Taize ini potensial untuk di kembangkan dan di”jual” pada orang-orang muda..tidak hanya orang muda tetapi semua orang yang rindu untuk berdoa..Aku melihat sesuatu yang menarik bagi mereka... aku percaya bahwa dalam hati kecil setiap manusia ada kerinduan untuk merasakan kedamaian dan ketenteraman, duduk berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan pemberi hidupnya.
Tadi siang aku menerima buku katalog CM, buku ini berisi daftar nama dan alamat para anggota CM di seluruh dunia. Aku cari-cari nama saya, saya menemukan nama saya sudah tercatat secara resmi menjadi anggota Provinsi China. Di situ saya dicatat sebagai minister (pelayan/berkarya) artinya saya sudah dihitung berkarya, padahal di sini saya masih belajar mandarin, bisa berbuat apa-apa. Oh..bisa..saya sudah bisa misa dalam bahasa mandarin, misa harian tanpa kotbah. Baru tiga bulan di sini, lumayan sudah bisa misa sendiri. Walau tidak pakai kotbah, enggak apa-apa. Doa dibaca bersama dan bacaan Injil juga dibaca bersama. Soalnya saya juga belum lancar baca mandarin. Tapi sudah enggak grogi lagi misa sendiri. Tiap hari ketemu orang dengan bahasa mandarin, lumayan bisa praktek omong.
Masih sekitar buku katalok tersebut. Saya lihat sekarang ini anggota CM di seluruh dunia ada 3.978 dengan jumlah imam sebanyak 3.078. kalau saya amati jumlah imam bertambah 39 orang namun jumlah keseluruhan menurun dari tahun 2005 yang berjumlah 4.034 dengan jumlah imam sebanyak 3.047. dari jumlah ini nampak bahwa yang menurun adalah jumlah diakon. Pada tahun 2005 ada 93 diakon sedangkan tahun ini ada 53. juga jumlah frater yang kuliah filsafat-Teologi dari 639 orang menjadi 574. data ini dapat dilihat bahwa jumlah imam CM di beberapa tahun mendatang akan menurun.
Sekarang ini CM melayani di lebih dari 80 negara di lima benua. Kalau mau lihat keterangan selanjutnya bisa di klik di http://www.cmglobal.org/province.html . Di sini ada keterangan mengenai CM di seluruh dunia. Sedangkan di provinsi Cina ini ada 35 anggota. Yah..jumlah yang enggak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak. Tapi kalau saya lihat anggotanya sudah banyak yang sudah “kelewat umur” alias sudah tua. Dan yang masuk di sini sangat sedikit. Kalau banyak saya enggak datang ke sini. Saya masih bertanya-tanya mengapa orang sini tidak tertarik untuk menjadi imam. Saya juga berharap tahun mengapa hal ini sampai terjadi. Ini sesuati yang serius. Lambat namun pasti kalau tidak ditangani dengan serius akan habis dan apa yang akan terjadi nanti akan lebih buruk. Perlu tenaga-tenaga muda yang potensial untuk berkarya...memang bagi orang asih di sini enggak bisa berbuat banyak pada awal..karena terbentur masalah bahasa. Tantangan yang pertama yang harus dihadapi adalah bahasa mandarin yang susahnya minta ampun deh..ketika aku mulai belajar...wah..ini bahasa apa ini..sungguh berbeda dengan bahasa-bahasa lain...sangat berbeda dengan bahasa Inggris, bahasa Spanyol atau bahasa Indonesia.
Kadang-kadang saya juga berpikir tantangan dari segi medan enggak berat tapi bahasa dan arus materialisme yang ada di sini ini yang begitu terasa. Apakah iman masih laku dijual pada orang-orang taiwan sekarang ini. Kalau budaya materialisme ini begitu mencuat dan menjadi obsesi kebanyakan orang.....Aku jawab masih...bisa dijual dan akan laku..hanya soalnya cara menjualnya ini ketinggalan jaman dan tidak menarik lagi..orang seperti sekarang ini justru sangat membutuhkah sisi lain dari hidupnya yang tidak bisa dibeli dengan uang, yaitu makna hidup. Hidup manusia tidak bisa disempitkan pada mencari sukses dan mencari uang. Ukuran seseorang itu bukan dari kesuksesan dan seberapa kekayaan yang dimilikinya..!!!
Kalau aku lihat di paroki ini masih banyak orang yang aktif di gereja terutama orang muda tadi ada latihan koor yang datang juga orang-orang muda, dengan lagu-lagu yang meriah dan disenangi olehorang muda. Pada hari jumat yang lalu juga ada doa Taize yang juga sebagian besar yang datang adalah orang muda. Mereka rindu suatu suasana doa yang baru dan yang segar...Okelah..kalau mereka menyukai ini. Dan aku melihat doa Taize ini potensial untuk di kembangkan dan di”jual” pada orang-orang muda..tidak hanya orang muda tetapi semua orang yang rindu untuk berdoa..Aku melihat sesuatu yang menarik bagi mereka... aku percaya bahwa dalam hati kecil setiap manusia ada kerinduan untuk merasakan kedamaian dan ketenteraman, duduk berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan pemberi hidupnya.