Kemarin di taiwan di laksanakan pemilu untuk memilih anggota legislative. Dari hasil penghitungan dari pemilu tersebut partai Kuomingtang memenangkan suara dengan mayoritas suara atau sekitar 80 persen dari pemilih. Ini menunjukkan bahwa pemilih kembali mempercayai partai tersebut. Partai yang lebih dekat dengan China daratan. Bagaimanakah kondisi Taiwan secara politis untuk empat tahun ke depan. Banyak orang bertanya-tanya dan mungkin relasi dengan China daratan akan membaik. Inilah berita yang saya dapat dari BBC:
Di Taiwan, partai nasionalis Kuomintang (KMT) tampaknya mendapatkan kemenangan mutlak dalam pemilihan parlemen.Media Taiwan melaporkan bahwa partai itu mungkin bisa mendapatkan mayoritas dua pertiga suara dalam pemilihan yang banyak dilihat sebagai petunjuk bagi pemilihan presiden 22 Maret mendatang. Sekarang ini, KMT memiliki mayoritas kecil atas Partai Demokrat Progresif, DPP pimpinan presiden Chen Shui-bian.
Chen sudah mengakui kekalahan dan mengatakan akan mengundurkan diri sebagai ketua partai. KMT menginginkan adanya hubungan yang lebih dekat dengan Cina, yang menganggap Taiwan sebagai propinsi yang memberontak.Dalam sistem pemilu yang baru, para pemilih hanya memilih anggota parlemen, separuh dari jumlah sebelumnya.
Calon dari KMT Ma Ying-jeo menyerukan adanya perubahan
Perubahan disetujui tahun 2005 guna mengurangi korupsi dan meningkatkan efisiensi, namun para pengamat mengatakan sistem baru ini memarjinalisasi partai-partai kecil dan hanya menguntungkan DPP dan KMT. Dua referendum juga dilangsungkan bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif ini.
Beijing masih diam
Wartawan BBC Shirong Chen mengatakan para calon presiden dari kedua partai utama, DPP dan KMT banyak mengkonsentrasikan diri pada masalah lokal. Mereka tidak banyak membicarakan masalah Cina menjelang pemilu, hal yang juga dianut oleh pemerintah Cina sendiri.Menurut wartawan kami, Beijing di masa lalu, mengatakan peringatan dari Cina maupun tembakan rudal malah akan menguntungkan calon-calon partai pro kemerdekaan DPP. Cina lebih memusatkan perhatian guna mencari dukungan dari negara seperti Amerika Serikat dan Perancis guna menentang referendum Taiwan guna bergabung dengan PBB, referendum yang akan dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan presiden bulan Maret. Cina juga berusaha mempengaruhi negara-negara yang masih memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk beralih ke Beijing, mengakibatkan Menteri Luar Negeri Taiwan harus bertolak ke Malawi guna mendiskusikan hubungan kedua negara. Wartawan kami mengatakan Beijing memberikan perhatian serius mengenai siapa yang akan memenangkan pemilu hari Sabtu, karena ini dianggap sebagai barometer menjelang pemilu bulan Maret, ketika presiden yang baru akan dipilih guna berkuasa selama empat tahun berikutnya.
Di Taiwan, partai nasionalis Kuomintang (KMT) tampaknya mendapatkan kemenangan mutlak dalam pemilihan parlemen.Media Taiwan melaporkan bahwa partai itu mungkin bisa mendapatkan mayoritas dua pertiga suara dalam pemilihan yang banyak dilihat sebagai petunjuk bagi pemilihan presiden 22 Maret mendatang. Sekarang ini, KMT memiliki mayoritas kecil atas Partai Demokrat Progresif, DPP pimpinan presiden Chen Shui-bian.
Chen sudah mengakui kekalahan dan mengatakan akan mengundurkan diri sebagai ketua partai. KMT menginginkan adanya hubungan yang lebih dekat dengan Cina, yang menganggap Taiwan sebagai propinsi yang memberontak.Dalam sistem pemilu yang baru, para pemilih hanya memilih anggota parlemen, separuh dari jumlah sebelumnya.
Calon dari KMT Ma Ying-jeo menyerukan adanya perubahan
Perubahan disetujui tahun 2005 guna mengurangi korupsi dan meningkatkan efisiensi, namun para pengamat mengatakan sistem baru ini memarjinalisasi partai-partai kecil dan hanya menguntungkan DPP dan KMT. Dua referendum juga dilangsungkan bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif ini.
Beijing masih diam
Wartawan BBC Shirong Chen mengatakan para calon presiden dari kedua partai utama, DPP dan KMT banyak mengkonsentrasikan diri pada masalah lokal. Mereka tidak banyak membicarakan masalah Cina menjelang pemilu, hal yang juga dianut oleh pemerintah Cina sendiri.Menurut wartawan kami, Beijing di masa lalu, mengatakan peringatan dari Cina maupun tembakan rudal malah akan menguntungkan calon-calon partai pro kemerdekaan DPP. Cina lebih memusatkan perhatian guna mencari dukungan dari negara seperti Amerika Serikat dan Perancis guna menentang referendum Taiwan guna bergabung dengan PBB, referendum yang akan dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan presiden bulan Maret. Cina juga berusaha mempengaruhi negara-negara yang masih memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan untuk beralih ke Beijing, mengakibatkan Menteri Luar Negeri Taiwan harus bertolak ke Malawi guna mendiskusikan hubungan kedua negara. Wartawan kami mengatakan Beijing memberikan perhatian serius mengenai siapa yang akan memenangkan pemilu hari Sabtu, karena ini dianggap sebagai barometer menjelang pemilu bulan Maret, ketika presiden yang baru akan dipilih guna berkuasa selama empat tahun berikutnya.