Ini cerita sederhana yang aku alami
Tadi aku melihat seorang umat yang pulang dari retret di wisma keuskupan membawa bungkusan besar. Aku kira dia bawa oleh-oleh atau sesuatu untuk dibagi-bagikan..Eh..tarnyata dia bawa samapah...”Hah..mengapa sampah dibawa pulang” Dia jawab: Ya..untuk dibuanglah”. Memang gak ada tempat sampah di sana ya...?” “Gak Ada”. Wah sulit juga ya di sini buang sampah..Enggak seperti di kampung saya..tinggal gali lubang dan buang aja di lubang. Apakah in fenomena negara maju..Kalau di Indonesia tinggal naruh aja di tempat sampah yang sudah tersedia dipinggir-pinggir jalan. Yah..beda negara beda aturannya. Di sini sangat diperhatikan sampah-sampah seperti ini. Sulit untuk buang sampah. Gak ada tempat sampah. Bahkan kalau buang sampah harus ngejar mobil dan menunggu mobil sampah. Mereka antri di jalan-jalan. Kalau Anda melihat ini apakah hidup di negara maju itu semakin sulit atau semakin mudah. Terserah kamu mau memberi komentar apa? Tetapi kenyataannya semakin ruwet. Kalau aku bandingkan juga dalam membuat bangunan. Mereka sangat mengandalkan alat bantu. Misalnya mau buat rumah mereka mendatangkan alat-alt berat. Dan jelas biayanya sangat mahal.
Di satu sisi memang hidup di negara maju semakin mudah dengan adanya banyak alat bantu. Namun di sisi lain juga semakin ruwet dan kompleks. Yang jelas saya melihat satu hal yang mau ditekankan oleh pemerintah Taiwan yaitu kesadaran dalam kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab dari warga masyarakat. Kepedulian dari individu sangatlah penting untuk menjaga kebersihan lingkungan. Ini yang aku pelajari dari kebudayaan di sini. Yah..gak ada ruginya harus kerja keras, hanya untuk membuang sampah. Aku lihat lingkungan di sini jug acukup bersih kalau dibandingkan dnegan di Indonesia. Kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, aku lihat juga semrawut. Memang perlu sekali adanya kesadaran untuk menjaga lingkungan. Inilah yang belum tertanam. Untuk memunculkan kesadaran itu juga perlu tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan juga diharapkan pola hidup juga berubah. Namun apakah itu akan terjadi. Kalau pendidikan hanya berorientasi pada gelar saja. Atau hanya demi kepentingan praktis memenuhi kebutuhan lapangan perkerjaan. Ada banyak sekali masalah yang harus dituntaskan untuk sampai pada tingkat kesadaran seperti di sini.
Fenomena sampah itu hanyalah salah satu saja. Banyak hal lain yang berbeda yang aku pelajari. Tetapi yang penting adalah bagaimana, menggunakan fenomena-fenomena itu untuk mewartakan iman. Karena dalan sistem hidupyang sudah tereatus dana mapan ini ada sesuatu tang tidak disadari ke butuhan akan hidup spiritual yang leluasa. Aku masih banyak belum tahu apa yang ada di sini karena infoemasi yang datang cukup minim. Salah satu penghambatnya ada bahasa. Semua informasi di sini disampaikan dalam bahasa mandarin. Dan aku sendiri, kamu tahu..masih di kelas I SD. Baru latihan membaca huruf mandarin dan mengartikannya. Ini aja susahnya setengah mati.
Tadi aku melihat seorang umat yang pulang dari retret di wisma keuskupan membawa bungkusan besar. Aku kira dia bawa oleh-oleh atau sesuatu untuk dibagi-bagikan..Eh..tarnyata dia bawa samapah...”Hah..mengapa sampah dibawa pulang” Dia jawab: Ya..untuk dibuanglah”. Memang gak ada tempat sampah di sana ya...?” “Gak Ada”. Wah sulit juga ya di sini buang sampah..Enggak seperti di kampung saya..tinggal gali lubang dan buang aja di lubang. Apakah in fenomena negara maju..Kalau di Indonesia tinggal naruh aja di tempat sampah yang sudah tersedia dipinggir-pinggir jalan. Yah..beda negara beda aturannya. Di sini sangat diperhatikan sampah-sampah seperti ini. Sulit untuk buang sampah. Gak ada tempat sampah. Bahkan kalau buang sampah harus ngejar mobil dan menunggu mobil sampah. Mereka antri di jalan-jalan. Kalau Anda melihat ini apakah hidup di negara maju itu semakin sulit atau semakin mudah. Terserah kamu mau memberi komentar apa? Tetapi kenyataannya semakin ruwet. Kalau aku bandingkan juga dalam membuat bangunan. Mereka sangat mengandalkan alat bantu. Misalnya mau buat rumah mereka mendatangkan alat-alt berat. Dan jelas biayanya sangat mahal.
Di satu sisi memang hidup di negara maju semakin mudah dengan adanya banyak alat bantu. Namun di sisi lain juga semakin ruwet dan kompleks. Yang jelas saya melihat satu hal yang mau ditekankan oleh pemerintah Taiwan yaitu kesadaran dalam kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab dari warga masyarakat. Kepedulian dari individu sangatlah penting untuk menjaga kebersihan lingkungan. Ini yang aku pelajari dari kebudayaan di sini. Yah..gak ada ruginya harus kerja keras, hanya untuk membuang sampah. Aku lihat lingkungan di sini jug acukup bersih kalau dibandingkan dnegan di Indonesia. Kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, aku lihat juga semrawut. Memang perlu sekali adanya kesadaran untuk menjaga lingkungan. Inilah yang belum tertanam. Untuk memunculkan kesadaran itu juga perlu tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan juga diharapkan pola hidup juga berubah. Namun apakah itu akan terjadi. Kalau pendidikan hanya berorientasi pada gelar saja. Atau hanya demi kepentingan praktis memenuhi kebutuhan lapangan perkerjaan. Ada banyak sekali masalah yang harus dituntaskan untuk sampai pada tingkat kesadaran seperti di sini.
Fenomena sampah itu hanyalah salah satu saja. Banyak hal lain yang berbeda yang aku pelajari. Tetapi yang penting adalah bagaimana, menggunakan fenomena-fenomena itu untuk mewartakan iman. Karena dalan sistem hidupyang sudah tereatus dana mapan ini ada sesuatu tang tidak disadari ke butuhan akan hidup spiritual yang leluasa. Aku masih banyak belum tahu apa yang ada di sini karena infoemasi yang datang cukup minim. Salah satu penghambatnya ada bahasa. Semua informasi di sini disampaikan dalam bahasa mandarin. Dan aku sendiri, kamu tahu..masih di kelas I SD. Baru latihan membaca huruf mandarin dan mengartikannya. Ini aja susahnya setengah mati.