Setiap orang pernah mengalami perasaan ditinggalkan, keputusasaan dan kehilangan arah. Beberapa waktu yang lalu saya dikenalkan Gereja di Taipe di mana Romo-romo CM melayani. Gereja itu bernama Gereja Salib Suci Lan Ya. Tempatnya tidak jauh dari rumah tempat aku tinggal. Kami berdua naik bus kota satu-satunya yang bisa kami tumpangi yang mengantar kami dari rumah sampai ke Gereja itu. Di sana kami merayakan misa pagi. Setelah misa selesai saya bilang kepada romo itu bahwa saya akan pulang dengan berjalan kaki. Lalu saya pulang berjalan kaki. Saya menyusuri jalan yang bernama Zhong Zhen. Saya pikr. Jalan itu adalah jalan yang sama yang ada di depan rumah saya. Maka saya terus berjalan menyusuri jalan itu. Semakin lama semakin jauh dan saya tidak tahu sampai di mana. Sepertinya aku sampai di daerah Tien Mu. Wah aku jelas salah jalan dan semakin menjauh dari rumah. Akhirnya aku bertanya pada seseorang yang berada di situ di manakah Jl. Wen Lin itu. Ternyata benar aku telah menjauh dari tempat itu. Karena jam 9.30 aku harus berangkat untuk less mandarin maka aku putuskan untuk naik taksi pulang.Juga karena aku enggak tahu harus ke mana berjalan. Aku berikan alamat rumahku dan taksi itu mengantarkan aku sampai rumah.
Pengalamanku kehilangan arah ini memang sempat membuatku panik dan agak grogi harus bagaimana. Ini adalah pengalaman sederhana tentang kehilangan arah. Masih banyak lagi pengalaman lain yang sempat membuat kita putus asa dan tidak punya harapan lagi. Kegagalan adalah pengalaman yang menyakitkan. Dan keputusasaan ini bisa dialami siapa saja. Kehilangan harapan memang tidak menyenangkan. Ketika saya datang Taiwan ini saya berada di Kaohsiung. Ada seorang Suster yang cerita bahwa tingkat bunuh diri di Taiwan ini sangat tinggi. Setahunnya melebihi 1000 orang. Mengerikan. Di Negara miskin banyak orang meninggal karena kelaparan dan bencana. Namun di Negara makmur seperti ini ternyata angka kematian juga cukup tinggi. Bukan karena penyakit atau kelaparan tetapi karena bencana kehidupan rohani, spiritual. Dengan irama hidup yang seperti ini saya bisa mengerti mengapa angka bunuh diri sini sangat tinggi. Orang dituntut untuk berprestasi dan produktif. Dipacu-dan dipacu. Ini adalah bencana yang juga mengerikan yang tidak kalah dengan kelaparan. Ya kelaparan hidup spiriritual.
Dua murid Yesus juga mengalami pengalaman yang sama. Dulu dia mengikuti Yesus karena memiliki banyak harapan. Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu mengharapkan bahwa Dialah yang Nabi yang akan dating yang akan menyelamatkan Israel” tapi akhirnya Yesus mati disalib. Sementara ada kabar burung bahwa Yesus bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya. Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan Kecewa, putus asa dan bingung. Mereka pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus. Di tengah keputusasaan dan kekalutan itu Yesus hadir. Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti pikirannya maka dia tidak menyadari bahwa yang ada di sampingnya itu adalah Yesus. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Mereka adalah orang yang dekat dengan Yesus, bagaimana mungkin Mereka tidak mengenali Yesus. Para penafsir Injil Lukas mau menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka. Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak menyadari akan kehadirannya.
Sebagai sebuah refleksi bagi kita, dalam kekalutan kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan: Di manakah Engkau Tuhan mengapa Engkau tidak menyertai aku justru dalam saat-saat begini. Mengapa Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu!!!
Ada sebuah cerita kecil yang bagus untuk kita simak: Ada seorang anak kecil berjalan bersama Yesus di pantai. Walaupun anak kecil itu tidak melihat Yesus namun dia percaya Yesus berada di sampingnya karena dia melihat ada empat tapak kaki. Dua tapak kakinya dan dua lainnya adalah tapak kaki Yesus. Anak itu begitu gembira melihat tapak-tapak kaki itu. Namun ketika berada di lam kerikil dan berbatu dia hanya melihat dua tapak kaki. Dia mulai takut dan panic. Di mana tapak kaki yang lainnya. Kemudian dia berteriak. Tuhan di mana Engkau? Mengapa tapak kakimu tidak ada. Yesus menjawab. Anakku..ketika engkau berada dalam pasir yang lembut Engkau menapak dengan kakimu sendiri tetapi ketika berada dalam bebatuan aku menggendongmu supaya kakimu tidak terantuk pada batu. Lalu anak itu tersenyum dan mengatakan pada Yesus: Yesus engkau sungguh penolongku.
Demikianlah dalam hidup kita kita juga sering mengalami kekalutan, keputus-asaan dan kekecewaan. Mari kita juga seperti murid di Emaus bilang: Tinggalah bersama kami. Dan begitu mereka tahu Yesus berada bersama mereka, mereka begitu bersemangat untuk memberi kesaksian. Tuhan telah bangkit. Alleluya
Pengalamanku kehilangan arah ini memang sempat membuatku panik dan agak grogi harus bagaimana. Ini adalah pengalaman sederhana tentang kehilangan arah. Masih banyak lagi pengalaman lain yang sempat membuat kita putus asa dan tidak punya harapan lagi. Kegagalan adalah pengalaman yang menyakitkan. Dan keputusasaan ini bisa dialami siapa saja. Kehilangan harapan memang tidak menyenangkan. Ketika saya datang Taiwan ini saya berada di Kaohsiung. Ada seorang Suster yang cerita bahwa tingkat bunuh diri di Taiwan ini sangat tinggi. Setahunnya melebihi 1000 orang. Mengerikan. Di Negara miskin banyak orang meninggal karena kelaparan dan bencana. Namun di Negara makmur seperti ini ternyata angka kematian juga cukup tinggi. Bukan karena penyakit atau kelaparan tetapi karena bencana kehidupan rohani, spiritual. Dengan irama hidup yang seperti ini saya bisa mengerti mengapa angka bunuh diri sini sangat tinggi. Orang dituntut untuk berprestasi dan produktif. Dipacu-dan dipacu. Ini adalah bencana yang juga mengerikan yang tidak kalah dengan kelaparan. Ya kelaparan hidup spiriritual.
Dua murid Yesus juga mengalami pengalaman yang sama. Dulu dia mengikuti Yesus karena memiliki banyak harapan. Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu mengharapkan bahwa Dialah yang Nabi yang akan dating yang akan menyelamatkan Israel” tapi akhirnya Yesus mati disalib. Sementara ada kabar burung bahwa Yesus bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya. Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan Kecewa, putus asa dan bingung. Mereka pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus. Di tengah keputusasaan dan kekalutan itu Yesus hadir. Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti pikirannya maka dia tidak menyadari bahwa yang ada di sampingnya itu adalah Yesus. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Mereka adalah orang yang dekat dengan Yesus, bagaimana mungkin Mereka tidak mengenali Yesus. Para penafsir Injil Lukas mau menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka. Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak menyadari akan kehadirannya.
Sebagai sebuah refleksi bagi kita, dalam kekalutan kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan: Di manakah Engkau Tuhan mengapa Engkau tidak menyertai aku justru dalam saat-saat begini. Mengapa Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu!!!
Ada sebuah cerita kecil yang bagus untuk kita simak: Ada seorang anak kecil berjalan bersama Yesus di pantai. Walaupun anak kecil itu tidak melihat Yesus namun dia percaya Yesus berada di sampingnya karena dia melihat ada empat tapak kaki. Dua tapak kakinya dan dua lainnya adalah tapak kaki Yesus. Anak itu begitu gembira melihat tapak-tapak kaki itu. Namun ketika berada di lam kerikil dan berbatu dia hanya melihat dua tapak kaki. Dia mulai takut dan panic. Di mana tapak kaki yang lainnya. Kemudian dia berteriak. Tuhan di mana Engkau? Mengapa tapak kakimu tidak ada. Yesus menjawab. Anakku..ketika engkau berada dalam pasir yang lembut Engkau menapak dengan kakimu sendiri tetapi ketika berada dalam bebatuan aku menggendongmu supaya kakimu tidak terantuk pada batu. Lalu anak itu tersenyum dan mengatakan pada Yesus: Yesus engkau sungguh penolongku.
Demikianlah dalam hidup kita kita juga sering mengalami kekalutan, keputus-asaan dan kekecewaan. Mari kita juga seperti murid di Emaus bilang: Tinggalah bersama kami. Dan begitu mereka tahu Yesus berada bersama mereka, mereka begitu bersemangat untuk memberi kesaksian. Tuhan telah bangkit. Alleluya